Cepuraya.id, Blora – Kalau kamu pernah main ke daerah Cepu, Blora, mungkin pernah dengar nama Gagak Rimang. Nama ini bukan cuma familiar karena sering jadi nama jalan atau maskot daerah, tapi juga punya cerita panjang yang melekat di hati masyarakat sekitar.
Ya, Gagak Rimang bukan sekadar nama keren. Gagak Rimang adalah kuda hitam legendaris milik Arya Penangsang, Adipati Jipang Panolan, yang wilayah kekuasaannya dulu mencakup daerah Cepu sekarang.
Awalnya dari Duel Cinta
Dikisahkan dalam buku Cerita Rakyat Jawa Tengah: Kabupaten Blora terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), karya Tri Wahyuni dkk, cerita ini berawal dari dua pemuda bernama Riman dan Siman yang saling jatuh cinta pada gadis cantik bernama Rara Swari. Karena sama-sama cinta, akhirnya mereka duel. Sayangnya, di tengah duel itu, kuda kesayangan Riman malah kabur ke hutan dan nggak pernah ditemukan lagi, bahkan sampai Riman wafat.
Beberapa tahun kemudian, datanglah Arya Penangsang yang sedang berkeliling memeriksa wilayah kekuasaan. Nah, pas melintas di daerah yang sekarang dikenal sebagai Desa Gagakan (masih di sekitar Cepu juga), dia ketemu kuda hitam mulus yang tiba-tiba jinak dan mendekat, seolah minta dilindungi. Kuda ini ternyata adalah kuda Riman yang hilang dulu.
Dari Gagak Riman Jadi Gagak Rimang
Setelah mencari tahu asal-usul kuda itu, Arya Penangsang akhirnya memberi nama baru, yakni Gagak Riman, gabungan dari warna bulu kuda seperti burung gagak dan nama pemiliknya, Riman. Seiring waktu, sebutan itu berubah jadi Gagak Rimang, yang lebih akrab di telinga masyarakat.
Kuda ini akhirnya jadi tunggangan andalan Arya Penangsang dan melegenda sebagai simbol kekuatan, kesetiaan, dan keberanian. Bahkan, di Blora dan Cepu, nama Gagak Rimang sekarang sering dipakai buat nama-nama lembaga, klub sepak bola, sampai ikon budaya.
Jejak Legenda di Tanah Cepu
Yang bikin cerita ini makin menarik, jejak legenda Gagak Rimang masih terasa banget di wilayah Cepu. Misalnya:
- Desa Jipang, pusat kekuasaan Arya Penangsang, sekarang masuk Kecamatan Cepu.
- Desa Gagakan, tempat ditemukannya sang kuda, juga masih bisa kamu kunjungi.
- Sendang Modan dan Sendang Gagakan, dua mata air yang terkait dalam legenda, konon dulu jadi tempat minum dan berkubangnya sang kuda. Meski kisah soal “air bertuah” itu hanya mitos, tetap saja tempat ini jadi bagian dari sejarah lisan masyarakat.
Jadi, saat kamu lewat Cepu dan melihat nama-nama seperti Gagak Rimang di plang jalan atau spanduk acara budaya, tahu kan sekarang kalau itu bukan sekadar nama keren? Itu adalah warisan cerita rakyat yang tumbuh dari tanah Cepu sendiri.